14.4.13

Perjuangan yang terhenti.

سْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِي


Dulu waktu aku masih kecil, belajar sepedah itu butuh usaha ekstra sekali. Pernah nabrak tiang listrik alhasil jidad berdarah, pernah nyusruk di got dan akhirnya kebeset sana sini berdarah, nangis karena merasa kesakitan.

Bapak selalu memaksa aku setiap sore di teras rumah untuk terus belajar mencoba lagi, karena sehabis jatuh aku selalu menjadi takut untuk belajar sepedah lagi.. takut jatuh untuk yang kesekian kalinya. Aku gampang sekali menyerah, setelah mencoba.. terjatuh.. merasa takut untuk mencoba lagi.. dst.
Lutut, siku dan jidadku sewaktu kecil selalu luka luka korengan tak pernah mulus.

Sama hal nya ketika aku belajar mengendarai sepeda motor.

Lebih tinggi tingkat kesulitannya dibandingkan sepeda dan lebih bahaya kalau terjatuh. Aku baru mulai belajar sepeda motor bisa di bilang sangat telat yaitu sewaktu aku duduk di bangku kuliah semester akhir. Mungkin bisa dikatakan telat bagi anak daerah, tapi hal itu mungkin terlihat sangat wajar bagi anak perkotaan. Dikarenakan perbedaan lingkungan yang saling mempengaruhi.

Semenjak SD sampai dengan SMA aku tidak terlalu membutukan kendaraan bermotor untuk mobilitas pergi ke sekolah karena kendaraan umum di Jakarta pun menjamur dan lebih efisien untuk dipergunakan. Berbeda dengan anak daerah yang mungkin lebih efektif mengendarai kendaraan bermotor karena akses kendaraan umum yang kurang macam dan jenis rute nya. Makadari itu biasanya mereka sudah harus bisa naik kendaraan bermotor sejak usia SMP.

Tentu saja aku dulu mau belajar mengendarai sepeda motor karena aku kuliah di Malang dengan lingkungan yang mayoritas anak daerah, suatu hal memalukan jika aku belum bisa naik kendaraan bermotor, apalagi dengan status mahasiswa.

Rasa takutku begitu sangat besar, sampai mendirikan motor pun aku ga sanggup. Akhirnya aku menyiasati untuk meminjam motor seniorku yang hanya tinggal tulang mesinnya saja dan terlihat mudah seperti mengendari sepeda, tapi dalam hal mengatur tingkat ketinggian gas aku masih nihil. Hingga suatu ketika aku melewati turunan yang mengarah ke jalan raya, yang seharusnya aku menekan rem, aku malah mengencangkan gas.. akhirnya aku jatuh dan nyaris menabrak angkutan umum yang sedang lewat tepat di depan ku. Jantungku rasanya mau copot. Aku ketakutan, detak jantung bertambah cepat. Dan keesokan harinya aku masuk kuliah dengan luka dimana mana.

Setelah kejadian yang hampir memakan nyawa itu aku sejenak melupakan untuk melanjutkan belajar lagi, hingga suatu saat teman baik ku datang membawa motor matic. Aku mencobanya. Dan ternyata aku bisa.. dengan keahlian mengatur gas yang masih berantakan tentunya. Tapi aku bisa.

Aku langsung menaruh hati pada motor matic. Sampai saat ini kendaraan bermotorku pun matic. Dan aku tetap masih belum bisa mengendarai kendaraan non matic (yang berat).

Dari sekian banyak proses pembelajaran yang pernah aku alami seperti yang aku ceritakan dia atas, aku menarik kesimpulan bahwa nyatanya, hal hal kecil yang kita lakukan dalam hidup ini yang tak pernah kita sadari merupakan sebuah kepingan hidup yang harus kita lewati agar kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Saat ini, saat aku menulis blog ini.. aku sedang mengalami hal yang terbilang cukup sulit untuk aku hadapi. Sudah bukan sesulit naik sepedah atau naik motor lagi tentu tingkatannya. Tingkatannya sudah mulai jauh jauh jauh lebih sulit. Dan kita mau tidak mau harus menghadapinya.

Buat aku.. melewati perjuangan itu wajib dilakukan untuk menggapai sesuatu yang di inginkan. Entah perjuangan itu mudah atau sangat sulit atau bahkan sangat tidak mungkin.. tapi sebagai umat manusia kita harus berusaha tak boleh menyerah. Harus dapat mengisi hidup ini dengan hal yang bermanfaat karena sejatinya hidup ini tidak abadi.

Tuhan tidak akan memberikan umatnya suatu hal yang tidak bisa dia lakukan. Tuhan juga tidak akan memberikan suatu hal pada umatnya kalau suatu hal tersebut tidak memberikan yang terbaik. Dalam kata lain.. apapun yang sedang kita hadapi.. yang sedang di berikan tuhan untuk kita.. itu lah yang terbaik.

Nyatanya saat ini aku sedang di uji .

Mungkin ujian ini di berikan oleh Allah agar aku lebih mudah menjalani ujian sesungguhnya untuk dapat lulus pada tahap kehidupan di akhirat kelak..
Hanya itu yang bisa membuatku kuat pada saat ini..karena saat ini aku telah kehilangan separuh perjuangan hidupku yang telah aku susun sedemikian lamanya..

Sudah sangat hancur berantakan.

Tapi aku masih punya perjuangan lainnya yang harus aku jalani.
Mungkin jika waktunya sudah tepat, aku bisa kembali menyusun perjuanganku yang dulu dengan dia di masa depan yang telah dipilih olehNYA.

Aku akan terus percaya janji Allah pada umatnya...


Salamku untuk beliau yang telah lama ku kenal selama di Malang, aku hanya bisa mendoakan mu dari jauh agar selalu di berikan yang terbaik. aamiin :)






Tidak ada komentar: